Masa kejayaan Kerajaan Banjar adalah saat Sultan Mustasin Billah memerintah pada tahun 1595-1620. Kerajaan yang saat ini adalah kota Banjarmasin ini merupakan pusat perdagangan di seluruh dunia. Selain karena letak pelabuhan yang strategis, kerajaan Banjar sarat dengan sumber daya alam yaitu intan, emas, semua jenis kayu dan terutama lada hitam.
Lada merupakan sumber daya yang paling mendapat minat masyarakat negara-negara Barat saat itu. Sumber daya alam inilah yang membuat kerajaan Banjar semakin terkenal, sekaligus menjadi incaran penjajahan Belanda. Belanda telah mengirimkan tim ekspedisi di tahun 1600 an meskipun akhirnya masih gagal untuk menguasai kesultanan ini.
Upaya Belanda tidak berakhir sampai disini. Selama bertahun-tahun, mereka berupaya untuk menguasai kerajaan Banjar. Namun, Sultan Multasin masih cukup bijaksana untuk tidak menyerah. Bahkan, ia memindahkan ibukota dari kerajaan Banjar dari Banjarmasin ke Martapura.
Belanda berhasil menguasai Kerajaan Banjar di tahun 1700an saat terjadi perebutan kekuasaan antara anak dan adik Sultan Hamidullah yang merupakan sultan kedua belas. Sengketa keluarga ini menjadi sasaran empuk penjajah Belanda yang masih berambisi menguasai kesultanan Banjar.
Masa kejayaan Kerajaan Banjar pun hancur ketika Belanda berusaha mendekati adik dari sultan Hamidullah dimana mereka berpura-pura menawarkan bantuan. Pasalnya, saat itu sang adik memang sangat berambisi menjadi sultan sekaligus penguasa di Kesultanan Banjar. Dan kenyataannya, Belanda membantu Sultan Tamjidillah dalam mengusir putera mahkota dari istana.
Tentu, Belanda tidak memberikan bantuan secara ‘gratis’. Sultan Tamjidillah I pun harus menandatangani perjanjian dagang pada 1747. Perjanjian ini juga ‘memaksa’ sultan untuk menjadikan Tabanio sebagai kota kekuasaan. Belanda pun semakin kuat dalam belajar mempengaruhi kesultanan Banjar hingga akhirnya Belanda menguasai kesultanan Banjar pada 1880.
Masa kejayaan Kerajaan Banjar tidak kembali seperti semula meskipun akhirnya Pangeran Antasari dibantu dengan Sultan Muhammad Seman berjuang melawan penjajahan Belanda. Tetap saja, kerajaan Banjar jatuh dan benar-benar dikuasai Belanda pada 1905. Bisa disimpulkan bahwa hampir semua kerajaan di Indonesia dikuasai oleh penjajah karena adanya perselisihan antar anak bangsa hasil politik ‘adu domba’.